PADA dunia pendidikan, soft skills dimaknai sebagai kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal atau pembentukan karakter mahasiswa sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Soft skills menekankan kecakapan fundamental (kecakapan untuk maju dalam pekerjaan: mengelola informasi, berpikir dan menyelesaikan masalah); kecakapan intrapersonal (keyakinan diri dan kemampuan personal dalam mengatur diri sendiri); dan kecakapan interpersonal (kesadaran sosial dan kemampuan sosial dalam berhubungan dengan orang lain) yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk terus berkembang.
Setidaknya ada delapan komponen utama sebagai sebuah kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa yang dianggap memiliki soft skill yang baik, yakni: a). Keterampilan berkomunikasi (communicative skills), seseorang yang memiliki kecakapan dalam berbicara, mau mendengarkan orang lain dan bisa mempengaruhi orang lain.
Poin utamanya terletak pada kemampuan seseorang menempatkan dirinya berbicara dengan orang lain. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan mahasiswa dalam presentasi baik lisan maupun tulisan.
Kemampuan ini juga harus didukung dengan menggunakan media dan teknologi yang ada. Di samping itu juga, kemampuan komunikasi juga dihubungkan dengan diskusi, dengan mampu untuk mempengaruhi orang lain secara positif. b). Keterampilan dalam menyelesaikan masalah (thingking skills and problem solving skills), mempunyai strategi tersendiri dalam menyelesaikan masalah, artinya sebagai seorang mahasiswa dia mampu melihat, mengurai, dan mencari solusi dari masalah yang dihadapinya.
Kemampuan ini juga mutlak dimiliki oleh mahasiswa. Kemampuan ini meliputi kemampuan mengidentifikasi dan menganalisis masalah.
Setelah melakukan identifikasi diharapkan mampu menemukan win-win solution terhadap masalah yang dihadapi. Jika itu berhubungan dengan dua pihak yang berseteru, maka solusi tersebut dapat memberikan kepuasan terhadap keduanya, meskipun tidak sepenuhnya bisa terjadi. c). Kekuatan kerja tim (tim work force), dalam kerangka kerja bersama dia mampu memainkan perannya. Dia tidak hanya bisa bekerja secara individu, namun ketika di dalam kelompok dia juga bisa bekerjasama. d). Hubungan kerja mengharuskan seseorang untuk kemudian masuk ke dalam ruang yang berisikan individu-individu.
Hubungan tersebut membuat seseorang harus mampu berinteraksi secara efektif dengan lainnya. Maka dalam konteks ini, bisa jadi individu tersebut sebagai ketua kelompok dan bisa juga sebagai anggota kelompok. Maka dibutuhkan untuk bisa memanfaatkan posisi masing-masing untuk menunjang hasil kerja dari tim tersebut. e). Belajar sepanjang hayat (life-long learning), meskipun tidak berada di ruang kelas, dia selalu berusaha belajar terhadap pengalaman orang lain, tapi juga berusaha membuat komponen dirinya secara intelektual juga terpenuhi.
Artinya mampu mengambil pelajaran atau hikmah dari setiap permasalahan yang dihadapi. Sebab bisa jadi, permasalahan tersebut muncul kembali. Jika tidak ditanggapi dengan bijak, maka membuat individu tersebut terjebak pada ide-ide dan gagasan yang monoton.
Sehingga dibutuhkan sebuah kemampuan untuk menggali informasi lebih untuk menyelesaikan masalah yang ada. f). Keterampilan wirausaha, kemampuan ini hanya sebagai tambahan, karena tidak semua orang yang mempunyai kapasitas yang kuat dalam soft skill tertarik dengan dunia wirausaha. Hanya saja, pada faktanya kebanyakan orang yang memiliki soft skill yang bagus menjadi CEO atau kepala perusahaan. g). Etika, moral dan profesionalisme. Mahasiswa akan selalu berusaha untuk tidak menghubungkan masalah pribadi ke dalam pekerjaan dan juga memiliki moral sehingga mudah mendapatkan kepercayaan dan penghargaan dari orang lain. h). Keterampilan memimpin. Memimpin kelompok atau perusahaan bukanlah hal mudah.
Bagi orang yang mempunyai soft skill yang mumpuni, permasalahan ini mudah diatasi. Dia mampu untuk meng-empowering seseorang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Salah satu cara terbaik untuk mendapat kemampuan soft skill bagi mahasiswa di perguruan tinggi yaitu dengan penerapan student centered learning. Dengan menempatkan mahasiswa sebagai subjek utama dalam proses belajar mengajar.
Mereka tidak hanya diharapkan aktif dalam setiap perkuliahan, namun lebih dari itu, juga mampu mengembangkan diri dalam setiap proses perkuliahan.
Dengan menyeimbangkan antara pembelajaran hard skills dengan soft skill, maka diharapkan terpuruknya mental dan moralitas sebagian anak bangsa ini akan dapat diatasi secara perlahan tapi pasti. *)
Sumber : https://radarsolo.jawapos.com/read/2019/06/28/143610/strategi-pengembangan-pendidikan-berbasis-soft-skill